PT Gudang Garam Hentikan Pembelian Tembakau dari Petani Temanggung

PT Gudang Garam Hentikan Pembelian Tembakau dari Petani Temanggung

urbanvibe.id – PT Gudang Garam Tbk telah memutuskan untuk menghentikan pembelian tembakau dari petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Keputusan ini diambil akibat penurunan signifikan penjualan rokok yang berdampak pada kebutuhan bahan baku perusahaan.

Bupati Temanggung, Agus Setyawan, mengungkapkan langkah ini setelah mendapatkan penjelasan dari manajemen Gudang Garam, yang memperkirakan ketersediaan tembakau mereka sudah cukup untuk memenuhi produksi selama empat tahun ke depan.

Alasan Hentinya Pembelian Tembakau

Bupati Agus Setyawan menjelaskan, penjelasan dari Gudang Garam menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku tembakau dari Temanggung tidak lagi dalam keadaan kondusif. “Jadi memang tidak lagi kondusif untuk membeli bahan baku khususnya dari Temanggung,” ujar Agus.

Situasi ini terjadi akibat penurunan drastis penjualan rokok yang dialami oleh Gudang Garam. Dengan kondisi pasar yang menyusut, perusahaan harus membatasi pengadaan tembakau dari berbagai daerah.

Kinerja Keuangan PT Gudang Garam Tbk

Laporan keuangan terbaru menunjukkan kinerja negatif bagi PT Gudang Garam sepanjang tahun 2024. Perusahaan mencatatkan laba bersih yang terjun bebas menjadi Rp 980,8 miliar, turun signifikan sebanyak 81,57 persen dibandingkan dengan Rp 5,32 triliun pada tahun 2023.

Pendapatan total Gudang Garam di tahun 2024 tercatat Rp 98,65 triliun, menurun 17,06 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 118,95 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ini tidak hanya terjadi di satu sektor, tetapi hampir di seluruh divisi.

Analisis Persediaan dan Biaya Produksi

Agus Setyawan menjelaskan lebih lanjut bahwa saat ini Gudang Garam memiliki persediaan tembakau yang berlebih. “Bahan baku tembakau di PT Gudang Garam itu persediaannya memang sudah berlebih…” ungkapnya, menegaskan bahwa kondisi ini dapat menghambat pembelian dari petani.

Biaya pokok pendapatan Gudang Garam juga terpantau turun dari Rp 104,35 triliun menjadi Rp 89,27 triliun. Pendapatan bruto mereka mengalami penurunan yang menunjukkan tantangan signifikan yang harus dihadapi perusahaan di masa mendatang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *