urbanvibe.id – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengumumkan rencana ambisius untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai langkah mengatasi masalah sampah di Ibu Kota. Rencana ini telah mendapatkan persetujuan dari Presiden Prabowo Subianto.
Dalam acara Urban Climate Action Programme di Jakarta, Pramono menyampaikan bahwa pembangunan empat PLTSa ini diharapkan dapat menjadi solusi yang berkelanjutan untuk tumpukan sampah Jakarta serta berkontribusi pada penurunan emisi karbon di Ibu Kota.
Transformasi Sampah Menjadi Energi
Jakarta menghasilkan lebih dari 7.700 ton sampah setiap harinya, dan potensi ini kini akan diubah menjadi aset berharga. Cadangan sampah di Bantar Gebang mencapai 55 juta ton, dan Pramono menyebutnya, “ini menjadi modal yang luar biasa, yang dulunya menjadi beban bagi pemerintah Jakarta, sekarang seperti harta karun.”
Pembangunan empat PLTSa di Jakarta akan mengatasi masalah sampah sekaligus berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. “Ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa karena langsung nanti kami akan membangun 4 PLTSa,” ungkap Pramono.
Pemprov DKI Jakarta berharap pembangunan ini akan menambah ruang terbuka hijau dan berupaya menurunkan emisi karbon. Targetnya, semua bangunan baru di Jakarta pada tahun 2030 harus tahan terhadap perubahan iklim dan memiliki efisiensi energi 100%.
Dukungan dari Pemerintah Pusat
Pramono menjelaskan bahwa proyek PLTSa ini adalah tindak lanjut dari arahan Presiden Prabowo, menandakan dukungan penuh dari pemerintah pusat. Listrik yang dihasilkan dari PLTSa nantinya akan disalurkan melalui PLN tanpa skema tipping fee, mengatasi kekhawatiran terkait biaya operasional.
Dengan menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca, diperkirakan regulasi bangunan hijau di Jakarta potensial menurunkan emisi karbon hingga 10,6 juta ton CO2 per tahun. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen Jakarta dalam menghadapi perubahan iklim yang terus memburuk.
Sebagai langkah strategis, Pemprov DKI juga berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk anggota C40 Cities, guna mendukung pendanaan hijau untuk mewujudkan inisiatif ini.
Kesiapan Jakarta Menuju Kota Hijau
Transformasi hijau di Jakarta tidak hanya terbatas pada bangunan, tetapi juga memanfaatkan lahan publik yang terbengkalai menjadi ruang terbuka hijau. Inspirasi dari model High Line Park di New York menjadi referensi untuk pengembangan ruang publik di Jakarta.
Pramono memastikan bahwa semua inisiatif ini akan selaras dengan upaya peningkatan kualitas lingkungan Ibu Kota. “Kami ingin jadi contoh nyata bahwa Jakarta serius berubah,” tegasnya.
Pembangunan infrastruktur berkelanjutan juga menjadi prioritas, di mana pendapatan dari penjualan listrik PLTSa diharapkan dapat mendukung proyek besar seperti Tanggul Raksasa yang sangat dibutuhkan oleh Jakarta.