urbanvibe.id – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan tanggapan serius mengenai insiden tragis yang terjadi pada acara pernikahan anaknya di Garut. Dalam peristiwa tersebut, tiga orang tercatat tewas akibat kerumunan saat warga berdesakan untuk mendapatkan makanan gratis.
Menurut Dedi, ia tidak mengetahui adanya acara syukuran besar yang melibatkan warga tersebut. Ia mengungkapkan rasa duka dan permohonan maafnya, serta berkomitmen memberikan santunan kepada keluarga korban.
Kronologi Insiden Tragis
Pernikahan yang berlangsung di Garut berlangsung pada hari Jumat, setelah salat Jumat, dan dimeriahkan dengan berbagai kegiatan untuk warga. Namun, kondisi berubah kacau ketika ribuan orang berusaha memasuki pendopo untuk mendapatkan paket makanan gratis.
Dalam kerumunan itu, tiga orang ditemukan tewas, termasuk seorang anak berusia 8 tahun, seorang anggota polisi, dan seorang lanjut usia. Kematian mereka menimbulkan tanda tanya atas pengorganisasian acara tersebut.
Dedi Mulyadi menegaskan, ‘Saya tidak tahu bahwa ada acara syukuran bersama warga, kemudian warga diundang makan bersama.’ Pernyataan tersebut mencerminkan ketidaktahuan sang gubernur mengenai besarnya skala acara yang diadakan.
Duka Cita dan Santunan
Dedi Mulyadi menyampaikan, ‘Saya menyampaikan turut berdukacita. Semoga almarhum dan almarhumah diterima iman Islamnya, diampuni segala dosanya.’ Ini menunjukkan empati Dedi terhadap keluarga yang kehilangan.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, ia juga mengumumkan bahwa stafnya telah diberikan instruksi untuk mengunjungi keluarga korban dan memberikan uang duka sebesar Rp150 juta per keluarga. ‘Kami menyampaikan uang duka Rp 150 juta per keluarga,’ ujarnya.
Dedi juga menyampaikan permohonan maafnya tidak hanya untuk keluarga korban, tetapi juga kepada semua tamu yang hadir di acara tersebut. Ia berharap dapat menjenguk keluarga korban secara langsung untuk menyampaikan rasa simpatinya.
Pelajaran untuk Acara di Masa Depan
Dedi menekankan pentingnya pelajaran yang bisa diambil dari insiden ini dalam penyelenggaraan acara-acara besar. Ia menggarisbawahi perlunya perencanaan matang untuk menghindari potensi kerumunan yang bisa berbahaya.
‘Ini adalah bagian dari empati kami dan kemudian ke depan, pembelajaran penting bagi siapapun, termasuk keluarga saya sendiri,’ kata Dedi, menekankan bahwa kegiatan perlu diatur dengan baik agar tidak terjadi situasi sempit dengan jumlah pengunjung yang berlebihan.
Meski acara tersebut diselenggarakan oleh kedua mempelai, Dedi merasa bertanggung jawab atas keseluruhan insiden itu. ‘Saya bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas itu, meskipun itu dilakukan oleh kedua mempelai,’ tambahnya.