urbanvibe.id – China memberikan peringatan tegas kepada Presiden Donald Trump agar tidak memberlakukan tarif baru pada produk mereka bulan depan.
Keputusan semacam itu bisa memicu kembali ketegangan perdagangan yang telah dibangun dengan susah payah antara kedua negara.
Ketegangan Dagang Kembali Terancam
Pada 8 Juli 2025, China memperingatkan pemerintahan Trump untuk tidak memicu ketegangan perdagangan melalui rencana tarif baru. People’s Daily menyatakan, “Satu kesimpulan sangat jelas: dialog dan kerja sama adalah satu-satunya jalan yang benar.”
Beijing juga mengancam akan membalas negara-negara yang menjalin kesepakatan dengan AS untuk menghentikan rantai pasokan China. Ini menunjukkan bahwa situasi dapat menjadi lebih rumit jika kesepakatan yang ada tidak mempertimbangkan kepentingan Cina.
Tarif Baru yang Ditetapkan Trump
Presiden Trump mengumumkan rencana untuk meningkatkan tarif atas barang yang diimpor dari China mulai 1 Agustus. Langkah ini diambil setelah Trump sebelumnya menunda sebagian besar tarif untuk memberikan kesempatan bagi mitra dagang mencapai kesepakatan.
China kini menghadapi tenggat waktu hingga 12 Agustus untuk merespons kebijakan ini. Rata-rata tarif AS terhadap ekspor China kini mencapai 51,1 persen, sementara tarif China atas barang-barang AS adalah 32,6 persen.
Kebijakan ini memiliki konsekuensi bagi kedua negara. Peterson Institute for International Economics mencatat bahwa kedua belah pihak harus bersiap menghadapi beberapa momen sulit dalam perdagangan.
Reaksi China Terhadap Kesepakatan Tarif
Media resmi China menunjukkan ketidakpuasan terhadap negara-negara yang berencana membuat kesepakatan pengurangan tarif dengan AS. Artikel dari ‘Zhong Sheng’ menegaskan bahwa tindakan tersebut akan merugikan kepentingan China.
“China dengan tegas menentang pihak mana pun yang membuat kesepakatan yang mengorbankan kepentingan China dengan imbalan konsesi tarif,” tegas artikel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa China akan mengambil langkah tegas jika perjanjian yang merugikan kepentingan mereka muncul.
Masuknya Vietnam dalam perjanjian yang mengurangi tarif menjadi 20 persen menunjukkan pergeseran yang semakin terlihat. Namun, ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pembuat kebijakan China tentang potensi kerugian yang akan mereka hadapi.