urbanvibe.id – Dinas Kesehatan Kota Semarang melaporkan bahwa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) telah menjangkiti ribuan warga setiap pekan. Rata-rata, kasus ISPA di tahun 2025 mencapai jumlah mencengangkan antara 5.000 hingga 7.000 per minggunya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam, menyatakan bahwa ada peningkatan signifikan pada kasus ISPA, yang merupakan salah satu penyebab utama penyakit di Puskesmas-Puskesmas setempat.
Angka Kasus ISPA yang Tinggi
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam, mengungkapkan bahwa di tahun 2025, jumlah kasus ISPA mencapai angka yang sangat tinggi. “Kalau kita lihat secara mingguan, di 2025 itu angkanya rata-rata di angka 5.000, 6.000, 7.000 (kasus),” ujarnya.
Secara kumulatif, hingga pertengahan tahun 2025, lebih dari 154.883 kasus ISPA telah dilaporkan. Angka tersebut menunjukkan bahwa ISPA menjadi salah satu penyakit yang paling sering diderita oleh warga di Puskesmas setempat.
Penyebab dan Daerah Terdampak
Hakam menambahkan bahwa sejumlah wilayah, terutama pinggiran, menjadi pusat kerentanan tinggi terhadap ISPA. Kelurahan Kalisegoro, Ngijo, Karanganyar, Jabungan, dan Muktiharjo Lor termasuk di antara daerah yang paling terpengaruh.
“Kalau ISPA, kan rata-rata dia menempati di tiga besar di hampir setiap Puskesmas ya,” ucap Hakam, menekankan pentingnya perhatian pada wilayah yang lebih terdampak.
Upaya Pemkot untuk Mengurangi Kasus
Dengan meningkatnya kasus ISPA, Pemkot Semarang aktif menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTN) untuk mengurangi pencemaran udara. Hakam menjelaskan, “Asap itu banyak sekali: asap rokok, asap kendaraan, asap dari pembakaran termasuk dari industri rumah tangga, industri skala besar.”
Selain itu, Pemkot juga mendukung upaya untuk menjadikan Semarang sebagai green city. Hakam menjelaskan pentingnya pengelolaan lingkungan yang baik dalam menanggulangi ISPA dan masalah pernapasan lainnya.