urbanvibe.id – Bank Dunia merilis laporan terbaru yang menyoroti proyeksi ekonomi global dan Indonesia pada 2025. Laporan ini menyoroti isu seperti pertumbuhan PDB, nilai tukar rupiah, kebijakan fiskal, serta suku bunga Bank Indonesia.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global direvisi menjadi 2,3% dengan Indonesia diperkirakan tumbuh 4,7% tahun ini. Penyesuaian ini menurun dari estimasi awal yang lebih optimistis.
Pertumbuhan Ekonomi dan Nilai Tukar Rupiah
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 mencapai 4,7%. Angka ini lebih rendah dari proyeksi awal tahun sebesar 5,1%.
Penurunan nilai tukar rupiah menjadi perhatian utama, terutama setelah pelemahan terhadap dolar AS pada awal April 2025. “Mata uang Indonesia, yang sudah tertekan karena ketidakpastian kebijakan dalam negeri, jatuh ke nilai terendah yang pernah tercatat pada awal April,” demikian laporan Bank Dunia.
Kondisi pasar keuangan diperketat setelah pengumuman tarif yang lebih tinggi oleh Amerika Serikat pada bulan April. Ini disertai penurunan tajam harga ekuitas dan depresiasi mata uang terhadap dolar AS.
Kebijakan Fiskal dan Risiko Perdagangan Global
Bank Dunia menyoroti manfaat kebijakan fiskal Indonesia dari pengeluaran publik dan program sosial. Insentif ini diharapkan mampu mendukung daya beli masyarakat.
Pemerintah menyiapkan insentif ekonomi, termasuk program diskon moda transportasi bernilai Rp0,94 triliun. Ini diharapkan bisa mendukung ekonomi domestik saat liburan Juni-Juli.
Ketegangan perdagangan global menekan pertumbuhan ekspor Indonesia akibat kenaikan tarif impor pada April 2025. Bank Dunia mencatat risiko ini sebagai faktor yang membebani kinerja ekspor.
Pemangkasan Suku Bunga BI dan Implikasinya
Bank Dunia melaporkan BI telah memangkas suku bunga dua kali pada Januari dan Mei 2025 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Suku bunga acuan saat ini berada pada 5,5%.
Keputusan ini sejalan dengan langkah bank sentral di Asia Timur dan Pasifik untuk mengatasi dampak negatif hambatan perdagangan global. Kebijakan ini disokong inflasi rendah yang tetap di bawah 2% pada 2025.
Diharapkan, pelonggaran moneter melalui pemangkasan suku bunga dapat mendorong konsumsi dan investasi. Namun, risiko depresiasi nilai tukar dan arus modal yang keluar tetap menjadi perhatian kebijakan selanjutnya.